![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggv-isAnyDZwK_F5z5geQzsKK-Ad5OmkBFZnc7cQHpuuKya4YInM0tsttaN7xRHuMMBDbP-RUAwkrbWBvVDbB4yrrRcpundqPXA3oFmnd6hE7RopCy6jfzx4DlR__YgAksrTFh2doOyU23/s320/museum+tekstil.jpg)
Gedung Museum Tekstil dibangun pada awal abad 19 merupakan rumah warga Perancis yang kemudian di jual kepada konsul Turki yang bernama Abdul Azis Al Mussawi Al Katiri. Tahun 1942 gedung ini dijual kembali kepada Karel Cristian Cruq.
Gedung ini sempat menjadi Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR), saat Jakarta sedang diliputi semangat juang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Setelah pertempuran fisik gedung ini dihuni oleh Lie Sion Phin (1947) dan menjadi Museum pada tanggal 28 Juni 1978 yang diresmikan oleh Almarhum Tien Soeharto.
Gedung ini sempat menjadi Markas Besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR), saat Jakarta sedang diliputi semangat juang merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Setelah pertempuran fisik gedung ini dihuni oleh Lie Sion Phin (1947) dan menjadi Museum pada tanggal 28 Juni 1978 yang diresmikan oleh Almarhum Tien Soeharto.
Sebagai sebuah museum tekstil terbesar di Indonesia, museum ini mempunyai koleksi-koleksi yang terhitung banyak, yakni sekitar 1.000 buah. Keistimewaan museum ini terletak pada koleksi-koleksinya yang kebanyakan merupakan koleksi tekstil tradisional Indonesia. Koleksi-koleksi tersebut dikelompokkan dalam empat bagian, yakni koleksi kain tenun, koleksi kain batik, koleksi peralatan, dan koleksi campuran. Wisatawan yang berkunjung ke museum ini dapat menyaksikan aneka kain batik bermotif geometris sederhana hingga yang bermotif rumit, seperti batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Palembang, Madura, dan Riau.
Selain itu, wisatawan juga dapat menyaksikan bendera Keraton Cirebon yang merupakan koleksi pilihan, karena usianya yang paling tua. Bendera itu terbuat dari bahan kapas berupa batik tulis yang berhias kaligrafi Arab. Bendera mirip plakat itu, konon, merupakan peninggalan bersejarah dari tahun 1776 M yang sangat disakralkan di Istana Cirebon. Pada saat itu, bendera tersebut sering dipakai sebagai simbol syiar Islam.
Selain memamerkan koleksi pertekstilan, di museum ini juga terdapat sebuah taman di halaman belakang yang diberi nama Taman Pewarna Alam. Taman seluas 2.000 meter persegi ini berisi pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Penanaman pohon-pohon itu bertujuan mendidik masyarakat agar mengenal dan mengetahui pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam.
Keistimewaan lainnya yang terdapat di museum ini adalah kursus membatik. Kursus ini dilaksanakan bersamaan dengan hari-hari buka museum. Kursus membuat batik ini dilaksanakan di sebuah bangunan yang terletak di halaman paling belakang Museum Tekstil. Bangunan ini bergaya rumah panggung lebar yang tak mempunyai sekat di dalamnya. Semua bahan bangunannya terbuat dari kayu dengan cat berwarna coklat tua. Di ruangan ini tidak terdapat pendingin ruangan (AC), karena telah terdapat beberapa jendela yang mengelilingi ruangan untuk mengalirkan udara segar.
Selain itu, wisatawan juga dapat menyaksikan bendera Keraton Cirebon yang merupakan koleksi pilihan, karena usianya yang paling tua. Bendera itu terbuat dari bahan kapas berupa batik tulis yang berhias kaligrafi Arab. Bendera mirip plakat itu, konon, merupakan peninggalan bersejarah dari tahun 1776 M yang sangat disakralkan di Istana Cirebon. Pada saat itu, bendera tersebut sering dipakai sebagai simbol syiar Islam.
Selain memamerkan koleksi pertekstilan, di museum ini juga terdapat sebuah taman di halaman belakang yang diberi nama Taman Pewarna Alam. Taman seluas 2.000 meter persegi ini berisi pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam. Penanaman pohon-pohon itu bertujuan mendidik masyarakat agar mengenal dan mengetahui pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam.
Keistimewaan lainnya yang terdapat di museum ini adalah kursus membatik. Kursus ini dilaksanakan bersamaan dengan hari-hari buka museum. Kursus membuat batik ini dilaksanakan di sebuah bangunan yang terletak di halaman paling belakang Museum Tekstil. Bangunan ini bergaya rumah panggung lebar yang tak mempunyai sekat di dalamnya. Semua bahan bangunannya terbuat dari kayu dengan cat berwarna coklat tua. Di ruangan ini tidak terdapat pendingin ruangan (AC), karena telah terdapat beberapa jendela yang mengelilingi ruangan untuk mengalirkan udara segar.
No comments:
Post a Comment